Daftar Kerajaan Islam di Maluku

Daftar Kesultanan & Kerajaaan Islam di Kepulauan Maluku, Indonesia dan Sejarahnya

Kedatangan Islam ke belahan Indonesia bagian Timur ke Maluku juga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan perdagangan, yang diperkirakan masuk pada abad ke 14 Masehi. Maluku merupakan penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal. Pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Eropa, Persia, Tiongkok dan Jawa datang dan berbaur dengan masyarakat, menyebarkan agama Islam di wilayah Maluku. Masyarakat menerapkan cara hidup Islam dalam kehidupan sehari-hari, sosial dan politik, hingga muncul daftar kerajaan Islam di Maluku diantaranya :

  1. Kesultanan Jailolo
  2. Kesultanan Tidore (1081-Kini)
  3. Kesultanan Ternate (1257-Kini)
  4. Kesultanan Bacan
  5. Kerajaan Tanah Hitu (1470-1682)
  6. Kerajaan Iha
  7. Kerajaan Huamual

Berikut ini merupakan sejarah Kerajaan-kerajaan Islam di Maluku:

Kesultanan Jailolo di Maluku

Kesultanan Jailolo adalah salah satu kesultanan yang pernah berkuasa di Kepulauan Maluku. Pendirian kesultanan ini berawal dari Persekutuan Moti yang diusulkan oleh Sultan Sida Arif Malamo. Kesultanan Jailolo adalah satu-satunya kesultanan di Maluku Utara yang pusat pemerintahannya berada di Pulau Halmahera. Selain itu, wilayah Kesultanan Jailolo adalah salah satu sumber penghasil cengkih di Kepulauan Maluku. Kesultanan Jailolo telah berdiri sejak abad ke-13 Masehi. Pada abad ke-17, kesultanan ini mengalami keruntuhan. Wilayah-wilayahnya kemudian terbagi menjadi bagian dari Kesultanan Tidore dan Kesultanan Ternate.

Kesultanan Ternate di Maluku (1257-Kini)

  • Ibu kota : Ternate
  • Bahasa resmi : Ternate
  • Didirikan pada : 1257
  • Agama : sebelum abad ke-15 Animisme setelah abad ke-15 Islam Sunni
  • Pemerintahan : Monarki Kesultanan
  • Sekarang bagian dari : Indonesia

Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.

Tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai kolano (raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate.

Kolano Marhum (1465-1486), Penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana.

Zainal Abidin (1486-1500) adalah Putra Kolano Marhum yang mengambil langkah meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan sultan, Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, dan membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam di Jawa dengan berguru pada Sunan Giri.

Pada masa pemerintahan Sultan Bayanullah (1500-1521) Ternate semakin berkembang, rakyat diwajibkan berpakaian secara Islami, teknik pembuatan perahu dan senjata yang diperoleh dari orang Arab dan Turki digunakan untuk memperkuat pasukan Ternate. Pada masa ini pula datang orang Eropa pertama di Maluku, Loedwijk de Bartomo (Ludovico Varthema) tahun 1506. Tahun 1512 Portugal untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Ternate dibawah pimpinan Fransisco Serrao, atas persetujuan sultan, Portugal diizinkan mendirikan pos dagang di Ternate.

Sultan Bayanullah wafat meninggalkan pewaris-pewaris yang masih sangat belia, yaitu permaisuri Nukila serta kedua puteranya, Pangeran Hidayat (kelak Sultan Dayalu) dan pangeran Abu Hayat (kelak Sultan Abu Hayat II). Pangeran Taruwese, adik almarhum sultan Bayanullah menginginkan tahta bagi dirinya sendiri. Portugal memanfaatkan kesempatan ini dan mengadu domba kedua pihak hingga pecah perang saudara. Kubu permaisuri Nukila didukung Tidore sedangkan pangeran Taruwese didukung Portugal. Setelah meraih kemenangan pangeran Taruwese justru dikhianati dan dibunuh Portugal.

Sultan Tabariji naik tahta, tapi karena menunjukkan sikap bermusuhan, ia difitnah dan dibuang ke Goa, India, kemudian dipaksa Portugal untuk menandatangani perjanjian menjadikan Ternate sebagai kerajaan Katolik dan vasal kerajaan Portugal, tetapi perjanjian itu ditolak mentah-mentah oleh Sultan Khairun (1534-1570). Secara licik gubernur Portugal, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan dan akhirnya dengan kejam membunuh sultan yang datang tanpa pengawalnya, cara yang mirip juga dipakai Belanda untuk menjebak Pangeran Diponegoro di meja perundingan.

Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk mengusir Portugal, bahkan seluruh Maluku kini mendukung kepemimpinan dan perjuangan Sultan Baabullah (1570-1583). Setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal meninggalkan Maluku untuk selamanya pada tahun 1575.

Di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai puncak kejayaan dengan wilayah membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat hingga Kepulauan Marshall di bagian timur, dari Filipina Selatan di bagian utara hingga kepulauan Nusa Tenggara di bagian selatan.

Abad 14 dan 15 merupakan periode keemasaan tiga kesultanan (kerajaan Islam), yaitu Kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di Nusantara bagian timur, Kesultanan Aceh di Sumatra dan wilayah Nusantara sebelah barat, serta Kesultanan Demak di Indonesia bagian tengah.

Daftar Nama Sultan Ternate dan Periode Pemerintahannya

Masa Jabatan Nama Sultan Ternate
1257 – 1277 Baab Mashur Malamo
1277 – 1284 Jamin Qadrat
1284 – 1298 Komala Abu Said
1298 – 1304 Bakuku (Kalabata)
1304 – 1317 Ngara Malamo (Komala)
1317 – 1322 Patsaranga Malamo
1322 – 1331 Cili Aiya (Sidang Arif Malamo)
1331 – 1332 Panji Malamo
1332 – 1343 Syah Alam
1343 – 1347 Tulu Malamo
1347 – 1350 Kie Mabiji (Abu Hayat I)
1350 – 1357 Ngolo Macahaya
1357 – 1359 Momole
1359 – 1372 Gapi Malamo I
1372 – 1377 Gapi Baguna I
1377 – 1432 Komala Pulu
1432 – 1486 Marhum (Gapi Baguna II)
1486 – 1500 Zainal Abidin
1500 – 1522 Sultan Bayanullah
1522 – 1529 Hidayatullah
1529 – 1533 Abu Hayat II
1533 – 1534 Tabariji
1535 – 1570 Khairun Jamil
1570 – 1583 Babullah Datu Syah
1583 – 1606 Said Barakat Syah
1607 – 1627 Mudaffar Syah I
1627 – 1648 Hamzah
1648 – 1650 (masa pertama) Mandarsyah
1650 – 1655 Manila
1655 – 1675 (masa kedua) Mandarsyah
1675 – 1689 Sibori
1689 – 1714 Said Fatahullah
1714 – 1751 Amir Iskandar Zulkarnain Syaifuddin
1751 – 1754 Ayan Syah
1755 – 1763 Syah Mardan
1763 – 1774 Jalaluddin
1774 – 1781 Harunsyah
1781 – 1796 Achral
1796 – 1801 Muhammad Yasin
1807 – 1821 Muhammad Ali
1821 – 1823 Muhammad Sarmoli
1823 – 1859 Muhammad Zain
1859 – 1876 Muhammad Arsyad
1879 – 1900 Ayanhar
1900 – 1902 Muhammad Ilham (Kolano Ara Rimoi)
1902 – 1915 Haji Muhammad Usman Syah
1929 – 1975 Iskandar Muhammad Djabir Sjah
1975 – 2015 Haji Mudaffar Syah (Mudaffar Syah II)
2016 – 2019 Syarifuddin Syah
2021 – Sekarang Hidayatullah Mudaffar Sjah (sengketa)

Kesultanan Tidore di Maluku (1081-Kini)

Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya, kerajaan ini menguasai sebagian besar Pulau Halmahera selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat.

Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate saingannya yang bersekutu dengan Portugal. Tapi kemudian Spanyol mundur dari wilayah tersebut pada tahun 1663 karena protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas 1494. Di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18.

Kesultanan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate.

Daftar Raja dan Sultan Tidore

Masa Jabatan Nama
Kolano Syahjati alias Muhammad Naqil bin Jaffar Assidiq
Kolano Bosamawange
Kolano Syuhud alias Subu
Kolano Balibunga
Kolano Duko adoya
Kolano Kie Matiti
Kolano Seli
Kolano Matagena
1334-1372 Kolano Nuruddin
1372-1405 Kolano Hasan Syah
1495-1512 Sultan Ciriliyati alias Djamaluddin
1512-1526 Sultan Al Mansur
1526-1535 Sultan Amiruddin Iskandar Zulkarnain
1535-1569 Sultan Kiyai Mansur
1569-1586 Sultan Iskandar Sani
1586-1600 Sultan Gapi Baguna
1600-1626 Sultan Mole Majimo alias Zainuddin
1626-1631 Sultan Ngora Malamo alias Alauddin Syah
memindahkan pemerintahan dan mendirikan Kadato (Istana) Biji Negara di Toloa
1631-1642 Sultan Gorontalo alias Saiduddin
1642-1653 Sultan Saidi
1653-1657 Sultan Mole Maginyau alias Malikiddin
1657-1674 Sultan Saifuddin alias Jou Kota
memindahkan pemerintahan dan mendirikan Kadato (Istana) Salero di Limau Timore (Soasiu)
1674-1705 Sultan Hamzah Fahruddin
1705-1708 Sultan Abdul Fadhlil Mansur
1708-1728 Sultan Hasanuddin Kaicil Garcia
1728-1757 Sultan Amir Bifodlil Aziz Muhidin Malikul Manan
1757-1779 Sultan Muhammad Mashud Jamaluddin
1780-1783 Sultan Patra Alam
1784-1797 Sultan Hairul Alam Kamaluddin Asgar
1797-1805 Sultan Syaidul Jehad Amiruddin Syaifuddin Syah Muhammad El Mab’us Kaicil Paparangan Jou Barakati Nuku
1805-1810 Sultan Zainal Abidin
1810-1821 Sultan Motahuddin Muhammad Tahir
1821-1856 Sultan Achmadul Mansur Sirajuddin Syah
pembangunan Kadato (Istana) Kie
1856-1892 Sultan Achmad Syaifuddin Alting
1892-1894 Sultan Achmad Fatahuddin Alting
1894-1906 Sultan Achmad Kawiyuddin Alting alias Shah Juan
setelah wafat, terjadi konflik internal (Kadato Kie dihancurkan) hingga vakumnya kekuasaan
1947-1967 Sultan Zainal Abidin Syah
diikuti vakumnya kekuasaan
1999-2012 Sultan Djafar Syah
pembangunan kembali Kadato Kie
2012-sekarang Sultan Husain Syah

Kesultanan Bacan di Maluku

Kesultanan Bacan adalah suatu kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan, Kepulauan Maluku, Indonesia saat ini, yang muncul dengan perluasan perdagangan rempah-rempah di akhir abad pertengahan. Kesultanan ini berawal di Pulau Makian yang kemudian mengungsi ke Pulau Bacan akibat Gunung Kie Besi dan jangkauan kekuasaannya terdiri dari Kepulauan Bacan tetapi memiliki pengaruh berkala di Seram dan Kepulauan Raja Ampat, Papua.

Nama Raja-raja Bacan

Masa Nama Keterangan
abad ke–13 Buka anak Jafar Sadik (legenda)
1345 Sidang Hasan
–1465 Muhammad Bakir
1512 Sultan Zainal Abidin
–1515 Raja Yusuf
1520–1557 Sultan Alauddin I
1557–1577 Dom João anak
1577–1581 Dom Henrique anak
1581– 1609 Sultan Alauddin II anak Dom João
1609–1614 Kaicili Malito (wali penjabat)
1609–1649 Sultan Nurusalat anak
1649–1655 Sultan Muhammad Ali anak
1655–1701 Sultan Alauddin III anak
1701–1715 Sultan Musa Malikuddin saudara
1715–1732 Sultan Kie Nasiruddin anak Alauddin III
1732–1741 Sultan Hamza Tarafan Nur keponakan
1741–1779 Sultan Muhammad Sahadin cucu Musa Malikuddin
1780–1788 Sultan Skandar Alam keponakan
1788–1797 Sultan Muhammad Badaruddin, Ahmad anak Kie Nasiruddin
1797–1826 Sultan Kamarullah keponakan
1826–1860 Muhammad Hayatuddin Kornabei Syah anak
1862–1889 Sultan Muhammad Sadik Syah anak
1889–1899 interregnum diwakilkan oleh 3 wali
1899–1935 Sultan Muhammad Usman Syah anak
1935–1983 Sultan Muhammad Muhsin Syah anak
1983–2009 Sultan Alhaji Dede Muhammad Gahral Aydan Syah anak
2010–sekarang Sultan Abdurrahim Muhammad Gary Ridwan Syah anak

Kerajaan Tanah Hitu di Maluku (1470-1682)

Daftar kerajaan Islam di Maluku selanjutnya adalah Kerajaan Tanah Hitu. Merupakan sebuah kerajaan Islam yang terletak di pesisir utara pulau Ambon, Maluku. Kerajaan ini memiliki masa kejayaan antara tahun 1470–1682 M, dengan raja pertama yang bergelar Upu Hatta dan didirikan oleh Empat Perdana. Kerajaan Tanah Hitu pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan memainkan peran yang sangat penting di Kepulauan Maluku, disamping melahirkan intelektual dan para pahlawan pada zamannya. Kerajaan ini memiliki hubungan erat dengan berbagai kerajaan Islam di Nusantara, seperti Kadipaten Tuban, Kesultanan Banten, Giri Kedaton di pulau Jawa dan Kesultanan Gowa di Sulawesi, seperti dikisahkan oleh Imam Rijali dalam Hikayat Tanah Hitu, begitu pula hubungan antara sesama kerajaan Islam di Maluku (al-Jazirah al-Muluk; ‘daratan raja-raja’) seperti Kerajaan Huamual di Seram Barat, Kerajaan Iha di Saparua, Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo, dan Kesultanan Bacan.

Kerajaan Iha di Maluku

Kerajaan Iha adalah sebuah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Saparua, Maluku. Di Pulau Saparua, sampai pada masa penjajahan Belanda ada dua kerajaan yang terkenal yaitu Iha dan Honimoa. Kedua kerajaan Islam yang cukup berpengaruh ini sempat dikenal sebagai sapanolua artinya “dua sampan” atau “dua perahu”. Yang dimaksudkan ialah pulau Saparua mempunyai dua jazirah yang besar yang diatasnya berkuasa dua orang raja dengan tanahnya yang sangat luas itu yaitu disebelah utara raja Iha dengan kerajaannya dan di sebelah tenggara raja Honimoa (Siri Sori) dengan Kerajaannya. Kerajaan Iha terlibat dalam sebuah perlawanan melawan kolonial Belanda yang disebut Perang Iha (1632–1651). Perang ini sendiri mengakibatkan kerajaan Iha kehilangan sebagian daerah dan rakyatnya sehingga kemudian mengalami kemunduran.

Kerajaan Huamual di Maluku

Maluku memiliki sejarah yang panjang mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama kurang lebih 2300 tahun lamanya dengan didominasi secara berturut-turut oleh bangsa Arab, Portugis, Spanyol, dan Belanda serta menjadi daerah pertempuran sengit antara Jepang dan Sekutu pada era Perang Dunia ke II.

Sekian informasi mengenai daftar kerajaan Islam di Maluku dan sekitarnya beserta sejarah singkat masing-masing kerajaan atau kesultanan. Semoga bermanfaat.

tags: , , , ,
Apakah kamu suka Daftar Kerajaan Islam di Maluku? Bagikan info ini ke kenalan Anda.